Pesan Minggu Ini

ANAK YANG MENGHAMBA

“Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.” (Lukas 15:17-19)

Perumpamaan anak terhilang diangkat Yesus untuk menjelaskan kasih Allah kepada manusia berdosa. Bapa yang luar biasa adalah gambaran dari Allah yang mempunyai kasih yang sempurna dan penuh dengan ampunan. Sedangkan anak yang hilang adalah gambaran dari manusia berdosa karena hidup jauh dari Allah. Karena hidup dalam dosa dia pun menjadi hamba dosa. Anak yang jauh dari bapa ternyata hidup sangat menderita karena menyalahgunakan kebebasannya sehingga dia terjerat dengan kebiasaan buruk yang semakin membuatnya terpuruk. Dia menjadi anak yang kehilangan pegangan hidup karena perbuatannya sendiri.

Dalam kondisi terpuruk, dia menyadari dosa dan kesalahannya melepaskan diri dari perlindungan bapanya, sehingga dia memutuskan untuk kembali lagi kepada bapanya. Dia merasa tidak layak lagi menjadi anak sehingga dengan ketulusan hati dia menghamba diri kepada bapanya. Dia merasa dan yakin itu jauh lebih baik. Dia segera bertindak kembali kepada bapanya. Dia tidak menyangka sambutan bapanya begitu hangat walaupun dia sudah siap diperlakukan sebagai hamba sesuai keputusannya untuk menghamba kepada bapanya sendiri.

Sikap menghamba kepada bapanya ternyata tidak menjadikannya menjadi hamba, dia tetap anak bahkan disambut bagaikan anak yang baru pulang dari medan laga dengan selamat. Dia memang adalah seorang pemenang karena berhasil mengalahkan egonya, menang mengalahkan keinginannya, menang karena perubahan dan pertobatannya. Kesiapan diri untuk menghamba ternyata tidak membuatnya menjadi budak dan tidak pula merendahkan martabatnya. Sebelum orang terhilang datang kepada Allah, harus lebih dulu melihat keadaan diri sebagai seorang budak dosa karena jauh bahkan terpisah dari Allah.

Pertobatan sejati terjadi saat seorang budak dosa melepaskan diri dari perbuatan dosa dan mengambil sikap tegas untuk menghamba kepada Allah. Tidak perlu meragukan status orang percaya sebagai anak Tuhan, karena itu adalah merupakan anugerah Tuhan. Dari pihak orang percaya pun tak perlu meragukannya tetapi walaupun anak alangkah baiknya bila kita menjadi anak yang menghamba kepada Tuhan. (MT)
Minggu 12 Mei 2024


[Pesan Mingguan 2023 Selengkapnya]