Pesan Minggu Ini

BERMENTAL HAMBA VS MENGHAMBA

“Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Lukas 15:31-32)

Ada perbedaan yang tajam antara bermental hamba dengan yang menghamba. Orang yang bermental hamba adalah sikap yang ditunjukkan anak sulung dalam perumpamaan anak terhilang. Dia adalah anak yang kelihatan cukup baik dan tetap setia sebagai anak menemani bapanya. Tetapi ada yang salah dalam memanfaatkan statusnya sebagai seorang anak. Dia adalah anak tetapi dia bermental hamba. Berbeda dengan adiknya yang bisa disebut durhaka kepada sang bapa, dia justru bersikap baik sebagai anak sulung.

Sebagai anak sulung dia memperoleh dua bagian warisan sesuai budaya orang Israel. Tetapi rupanya dia tidak menghargai hak kesulungannya karena dia sibuk dengan dirinya sebagai anak yang baik. Mungkin saja dia menyalahkan bapanya yang kurang tegas kepada adiknya. Tentu saja dia mengutuk adiknya karena sikap adiknya meminta warisan dari bapanya sebelum waktunya. Orang bermental hamba mungkin saja merasa memiliki hartanya yang banyak tetapi melalui sikapnya dia hanya merasa tanpa sungguh-sungguh memilikinya. Dia cukup merasa benar tanpa memahami arti kebenaran yang sesungguhnya. Itulah sebabnya dia sangat jeli melihat kekurangan kesalahan orang lain tetapi tak pernah mengetahui kekurangan dan kesalahannya.

Orang yang bermental hamba ini biasanya memiliki suatu bentuk agama dan kelihatan secara lahiriah sangat taat perintah tetapi agama yang dibanggakan sebagai kebenarannya tidak sampai menyentuh hatinya artinya hati mereka terpisah dari Allah sehingga tujuan hidupnya melenceng dari kebenaran. Terbukti ketika adiknya bertobat dan siap menghambakan diri kepada bapanya, anak sulung yang bermental hamba ini sangat terganggu. Dia marah kepada bapanya dan bapanya membuka pikiran dan hatinya bahwa sesungguhnya dia adalah anak sulung yang bisa saja mengadakan pesta syukur setiap hari.

Sekarang kita mengetahui bahwa kedua anak adalah anak sejati tetapi si sulung adalah anak baik bermental hamba sedangkan si bungsu adalah anak nakal, berdosa tetapi bertobat dan siap menghamba kepada sang bapa. Semua orang percaya kepada Yesus adalah anak Allah. Kita hendaklah menghindari sikap bermental hamba karena sangat merugikan diri sendiri. Jadilah anak yang menghambakan diri kepada bapa sorgawi. Kita betul-betul anak tetapi tetaplah menghambakan diri kepada-Nya. (MT)
Minggu 19 Mei 2024


[Pesan Mingguan 2023 Selengkapnya]