Selasa 12 Maret 2019
MENJADI BANGSA DI TENGAH BANGSA
Ibrani 2; Kejadian 46-47; Mazmur 37
Ayat Mas / Renungan
Kejadian 46:2-3 “Berfirmanlah Allah kepada Israel dalam penglihatan waktu malam: “Yakub, Yakub!” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” “Lalu firman-Nya: “Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana.”
Yakub mengetahui secara tepat bahwa Allah sendirilah yang menyuruh kakeknya Abraham pergi ke Kanaan yang sudah dinyatakan kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai negri Perjanjian. Tetapi dalam kenyataannya mereka khususnya Yakub masih harus mengembara ke negri lain di luar Kanaan. Tentu hal itu sedikit banyak dapat menimbulkan keraguan dalam diri Yakub. Sebelumnya kesalahan dan keadaanlah yang membuat Yakub melarikan diri ke negri lain, tetapi sekarang Allah secara langsung memerintahkan agar Yakub pergi ke Mesir. Lagi pula kenapa Allah memanggilnya Yakub, bukankah Allah mengnganti namanya menjadi Israel? Dalam hal ini Yakub taat saja tanpa menuduh Allah tidak konsisten. Kepergian Yakub ke Mesir berhubungan juga dengan kondisi kelaparan global pada saat itu. Allah berdaulat menciptakan situasi dunia agar rencana-Nya terlaksana. Tidak ada situasi di dunia ini tanpa sepengetahuan dan ijin Allah. Jadi bila Allah mengijinkan berarti Dia tahu itu perlu untuk kebaikan umat-Nya. Kadang-kadang dunia merasa berhasil menciptakan keadaan dan sistem untuk menggagalkan rencana Allah padahal semua terjadi agar rencana-Nyalah yang terjadi. Secara cermat Alkitab mencatat nama-nama keturunan Yakub kurang lebih tujuh puluh orang pergi untuk bertumbuh menjadi bangsa yang besar di Mesir. Budaya Mesir yang memandang rendah penggembala dan peternak membuat Firaun memberi Gosyen menjadi daerah untuk Israel. Hal itu membuat Israel tetap terasing dan terpisah dari Mesir walaupun mereka berkembang menjadi bangsa yang besar di Mesir.
Israel tetap menjadi umat yang dipisahkan menjadi milik Allah agar rencana Allah menjadikan peranan umat Israel dalam konsep penebusan Allah tetap terjaga. Kepada Firaun sendiri Yakub menyatakan bahwa hidupnya dan keturunannya di Mesir hanyalah sebagai pengembara. Di Mesir Israel diberi kesempatan menyaksikan bahwa orang Mesir sepertinya jauh lebih mujur dari mereka walaupun penduduk Mesir pada zaman itu hidup sebagai penyembah berhala. Tetapi seperti pemazmur nyatakan dalam Mazmur 37:23-25 bahwa Tuhan lah yang menetapkan langkah-langkah atau perjalanan sejarah umat-Nya. Penetapan dan penentuan Allah itu terbaik dari segala-galanya. Penulis Ibrani juga sangat tegas mengingatkan pengikut Kristus agar sungguh-sungguh dengan Firman kebenaran. Sebab bila tidak akan sangat mudah terbawa arus sistem dunia yang terkadang menyatakan diri mengasikkan padahal menghanyutkan. (MT)
Ketika dunia merasa berhasil menggagalkan rencana Allah justru Allah sedang memakai agar rencana-Nya terlaksana.