Senin 20 July 2020
AYUB – HARAP, IMAN DAN KASIH
Ayub : – Tetap setia – Tetap berharap – Tetap mengasihi
Bacaan Sabda : Ayub 42:1-17
Ayub 42:5 “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”
Semua pengkotbah bila mengkhotbahkan tema pencobaan kurang lengkap rasanya bila tidak menjadikan pengalaman tokoh Ayub sebagai teladan menang dalam menghadapi pencobaan. Memang dapat disimpulkan bila Ayub adalah sumber inspirasi yang sempurna dalam hidup berkemenangan dalam menghadapi pencobaan. Bila ditinjau dari besar dan intensitas pencobaan yang dialami Ayub boleh dibilang tidak ada duanya. Walaupun imannya sempat goyah, tetapi tidak pernah kehilangan iman dan tidak pernah menyalahkan, menyangkal apalagi mengkhianati Allah. Dalam pencobaan yang sangat berat itu, Ayub tetap setia kepada Allah, yang terbukti melalui pernyataannya. Katanya “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang mengambil, Tuhan yang memberi terpujilah nama Tuhan” (Ayub 1:21).
Ayub menghadapi musibah ekstrim yang menimpa dirinya dengan kesedihan, kerendahan hati di tengah-tengah kesukaran yang menimpa dirinya. Istrinya memberi pandangan yang sangat logis bila kesukaran besar yang menimpa dirinya dapat dijadikan menjadi alasan untuk meninggalkan dan menyangkal Allah. Bagi Ayub ternyata tidak ada alasan yang logis dan kuat dijadikan untuk meninggalkan Allah. Kehilangan segala sesuatu termasuk kesehatan dan nyawa sekalipun boleh terjadi. Tetapi bagi Ayub tidak akan pernah kehilangan iman. Ayub sadar dan menyakini bahwa iman kepada Allah secara benar, pasti membawa kepada kehidupan yang jauh lebih baik dari kehidupan dan keadaan sebelumnya, bila tetap setia dalam menghadapi cobaan.
Kemudian dalam menghadapi pencobaan, Ayub tetap berharap kepada Allah. Salah satu pengharapan yang luar biasa dan dikabulkan Allah adalah ketika dia menyatakan: “Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab, terpahat dengan besi pengukir dan timah pada gunung batu untuk selama-lamanya” (Ayub 19:23-24). Pengharapan Ayub terinspirasi melalui kisah hidupnya, diterimanya sebagai peristiwa yang penting untuk terdokumentasi yang berguna dan penting untuk selama-lamanya. Pengharapan Ayub betul-betul menjadi kenyataan, karena kisahnya menjadi bagian dari Alkitab, firman Allah yang hidup. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, ternyata dalam kesulitan yang dahsyat itu, Ayub tetap mengasihi Allah yang dinyatakan melalui hidup yang semakin dekat kepada Allah. Ayub memohon “Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam” (Ayub 23:3). Kemudian dia mengatakan pula “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”. (MT)
Pencobaan yang diresponi secara tepat dan benar menjadikan umat bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih.