Sabtu 06 Juni 2020
ELIA – API DARI LANGIT
Elia : – Menghadapi Ahab – Menghadapi nabi baal – Api dari langit
Bacaan sabda : 1 Raja-raja 18:16-46
1 Raja-raja 18:37-38 “Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali. Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.”
Pokok utama dan fokus pelayanan nabi Elia adalah pembuktian bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Tuhan yang hidup dan bertindak berdasarkan kasih dan kuasa-Nya. Nabi Elia dengan berani memproklamirkan bahwa Tuhan yang dipercaya adalah nyata dan benar. Firman Allah itu mutlak benar bila ada kesalahan melalui khotbah-kotbah dari mimbar gereja, bukan firman Tuhan yang salah tetapi pemahaman dan pembahasan para pendetalah yang salah. Nabi Elia menghadap Ahab adalah atas perintah Allah. Itulah sebabnya nabi Elia berani menghadap raja yang bengis itu.
Bila kita melakukan suatu tindakan berani haruslah yakin bila itu kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada firman Allah, bukan karena ambisi pribadi. Nabi Elia mengatakan hukuman Allah kepada Israel atas kemurtadan dan dosa mereka. Israel dihadapkan kepada kesukaran-kesukaran yang tak teratasi oleh manusia yang terbatas. Bila Allah menghukum selalu dengan tujuan yang jelas dan terarah. Setelah umat Israel sadar akan dosa-dosanya nabi Elia menjelaskan kepada Ahab bahwa hukuman akan berakhir. Tetapi nabi Elia menawarkan konfrontasi langsung dengan nabi-nabi baal di gunung Karmel. Kembali Allah menyatakan kuasa-Nya dengan menurunkan api dari surga menyambar mezbah dan korban setelah Elia berdoa. Hal itu terjadi di depan publik umat Israel, setelah kegagalan empat ratus lima puluh nabi-nabi baal. Sehingga hari itu juga umat bertobat dan mengakui kuasa Allah. Pada hari itu juga nabi Elia menangkap dan menyembah nabi baal itu di sungai Kison tanpa perlawanan.
Nabi Elia adalah hamba Allah sejati yang berbicara bukan untuk menyenangkan orang lain tetapi untuk menyatakan firman Allah sebagai kebenaran. Bukan pula untuk mempromosikan pendapat pribadi agar terkesan hebat, bukan pula memberi komentar teologis kepada ayat firman Tuhan agar terkenal sebagai seorang yang mumpuni dalam bidang teologia. Dari dulu sampai sekarang hingga jauh ke depan hamba Tuhan sejati tetap sama. Mereka akan selalu terpanggil membela kebenaran firman Tuhan terhadap pemutar balikan, pencemaran dan kompromi. Tetapi akan selalu ada yang mengembangkan pemikian teologianya kemudian mengakui dan mengajarkan pemikirannya sebagai kebenaran. Tetapi tentu saja itu hanyalah kebenaran semu. (MT)
Firman Allah utamanya adalah untuk ditaati bukan untuk dikembangkan dengan pendapat pribadi.