Jumat 31 Januari 2020
ALLAH DI TENGAH UMAT-NYA
Yehezkiel 42-43; Yesaya 63; Lukas 3:21-38
Ayat Mas / Renungan
Yehezkiel 43:7 “Dan Ia berfirman kepadaku: “Hai anak manusia, inilah tempat takhta-Ku dan inilah tempat tapak kaki-Ku; di sinilah Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel untuk selama-lamanya dan kaum Israel tidak lagi akan menajiskan nama-Ku yang kudus, baik mereka maupun raja-raja mereka, dengan persundalan mereka atau dengan mayat raja-raja mereka yang sudah mati”
Nabi Yehezkiel terkejut melihat firman Allah mengenai umat Allah yang sedang terhukum menjadi umat yang tertawan ke Babel. Hukuman yang sangat menyakitkan, dan di luar nalar umat pilihan Allah. Mungkin umat itu bertanya dalam hati, “Untuk apa dipilih kalau nyatanya dibuang?”. Padahal Allah sangat terpaksa mengijnkan umat-Nya terbuang sebagai hukuman atas dosa kesalahan mereka. Tiba-tiba saja nabi Yehezkiel menerima janji Allah untuk umat Israel yang sedang terhukum tersebut. Allah berjanji akan diam di tengah-tengah umat Israel sampai selama-lamanya. Melihat situasi Israel janji Allah sangat kontradiktif dengan keadaan umat Israel. Tetapi bila Allah sudah berjanji,Dia pasti mengenapinya. Rencana Allah itu pasti akan terlaksana. Rencana kekal Allah adalah membangun hubungan yang intim dengan umat-Nya.
Tujuan Allah menghukum umat-Nya terbuang ke Babel adalah untuk menyadarkan umat-Nya tidak menjauh dari Allah. Sebab umat itu telah terlibat terlalu jauh kepada sikap penyembahan yang menyimpang yaitu penyembahan berhala karena pengaruh bangsa-bangsa penyembah berhala. Ini adalah suatu sikap yang menjauh dari Allah. Jadi saat Allah mengijinkan umat-Nya terbuang ke Babel adalah agar umat-Nya menjauh dari dosa. Tetapi mengapa ke Babel? Bukankah Babel juga penyembah berhala? Bila kita telusuri kehidupan umat Allah di pembuangan, maka jelas bahwa Allah menyertai umat-Nya disana. Ingatkah kasus Daniel? Ingat pulakah kasus Sadrakh, Mesak dan Abednego? Jangan lupa juga kasus ratu Ester dan Mordhekhai. Semuanya itu terjadi di negeri pembuangan. Saat umat-Nya terbuang, semakin jelas penyertaan Allah atas umat-Nya. Raja Nebukadnezar dan raja Darius bahkan sempat memerintahkan agar rakyat yang dipimpinnya menyembah dan mengakui Allah. Di negeri pembuangan Allah diam bersama umat-Nya. Tetapi umat yang mana dulu? Tentulah umat yang setia kepada-Nya. Bila melihat janji Allah ini tentu adalah janji yang berlaku abadi.
Dalam Wahyu 21-22 adalah penjelasan yang cukup jelas bahwa Allah akan tetap tinggal bersama umat-Nya dalam keabadian. Tentu saja umat yang setia, yang terus bertahan sebagai orang-orang menang dalam Kristus. (MT)
Allah selalu ada bersama umat-Nya yang sedang menjalani disiplin rohani.