Rabu 23 Oktober 2019
HIDUP BERIBADAH
2 Tawarikh 30; Mazmur 86; Yohanes 19:16-42
Ayat Mas / Renungan
2 Tawarikh 30:8 “Sekarang, janganlah tegar tengkuk seperti nenek moyangmu. Serahkanlah dirimu kepada TUHAN dan datanglah ke tempat kudus yang telah dikuduskan-Nya untuk selama-lamanya, serta beribadahlah kepada TUHAN, Allahmu, supaya murka-Nya yang menyala-nyala undur dari padamu.”
Hizkia adalah raja terbesar Yehuda. Kebesarannya tidak diukur dari kebesaran bangsa Yehuda di bawah pemerintahannya. Kebesaran Hizkia diukur dari loyalitasnya kepada Allah dan dampak loyalitasnya itu kepada rakyat Yehuda yang diperintahnya. Tindakan besar pada awal pemerintahannya bukanlah membangun pertahanan dan ekonomi tetapi memperbaiki dan menyucikan bait Allah. Disertai pula dengan memulihkan kondisi kerohanian rakyat yang diawali dengan pemulihan hidup para imam dan para pelayan Tuhan lainnya. Hizkia pun menunjukkan kepahlawanannya melalui usaha perlawanan melepaskan diri dari cengkraman bangsa Asyur. Kelepasan Yehuda secara ajaib dari serangan Asyur karena campur tangan Allah yang mengutus malaikat-Nya tercatat sebagai salah satu penebusan Allah atas umat-Nya.
Penyakit Hizkia yang sangat berpotensi membawa kematiannya sempat menyusahkan hatinya. Nabi Yesaya telah memerintahkan agar Hizkia menyampaikan wasiat menjelang kematiannya. Tetapi doa permohonan minta kesembuhannya dikabulkan oleh Allah dan diperpanjang usianya 15 tahun lagi. Raja Hizkia sangat sungguh-sungguh mengajak umat menyerahkan diri kepada Allah dengan menjalankan ibadah di rumah Tuhan dengan tekun dan setia. Penyerahan diri kepada Tuhan dengan menjalankan ibadah haruslah berdampak kepada kemauan dan perjuangan mengalahkan dan menanggalkan dosa dalam hidup sehari-hari.
Allah sangat peduli dengan kehidupan yang tidak boleh dikuasai oleh perbuatan berdosa. Karena dosa itu sendirilah yang akan menghukum umat-Nya. Dosalah yang selalu membuahkan kesusahan hidup karena dosa itu sendirilah yang menjauhkan umat dari Allah. Seruan Hizkia agar rakyat Yehuda kembali kepada Allah karena umat sudah sering melakukan tindakan-tindakan menjauh dari Allah. Kembali kepada Allah bukan sekedar mengubah keyakinan tetapi harus pula disertai dengan sikap taat kepada firman Allah.
Perintah menyerahkan diri kepada Allah secara harafiah adalah “memberikan tangan atau angkat tangan kepada Tuhan”. Sebagai tanda ketaatan dan kesetiaan mutlak kepada Allah dan memberi tangan dituntun melewati atau berjalan di jalan yang benar. Penyerahan diri kepada Allah adalah berbicara dengan kehidupan doa yang tidak berkeputusan.
Dalam hal ini doa tidak diartikan hanya suatu permohonan akan pertolongan Allah.
- Doa adalah pengakuan akan kuasa Allah
- Doa adalah pujian dan penyembahan kepada Allah
- Doa adalah senantiasa bersyukur kepada Allah.
Doa yang lengkap inilah yang membuat umat dapat berdoa tak berkeputusan. (MT)
Orang beribadah menyerahkan tangan dan hatinya dituntun oleh Allah.