Senin 15 April 2019
KUDUSNYA UMAT TUHAN
Matius 14 : 1 – 21; Imamat 20 – 21; Imamat 20 – 21Amsal 30Amsal 30
Ayat Mas / Renungan
Imamat 20:7-8 “Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. “Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN yang menguduskan kamu.”
Hidup kudus bagi umat Tuhan bukanlah salah satu pilihan dari banyak pilihan. Hidup kudus adalah perintah yang harus diperjuangkan dan ditaati. Hidup kudus tentu saja tidak mudah, pastinya sukar karena berhubungan dengan kualitas hidup yang sangat tinggi. Sudah pasti sesuatu yang berkualitas tinggi, baik dan benar itu tidak mudah diraih, tetapi bisa. Sebab Allah tidak mungkin memerintahkan umat-Nya melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Jadi bila Allah memerintahkan agar umat-Nya hidup kudus, tentunya kita harus menjadikannya standar hidup yang harus diperjuangkan. Tetapi bila kita membaca Kitab Imamat 20 -21, dapatlah kita memahami kudusnya umat Tuhan itu seperti apa. Pasal 20 membeberkan dengan jelas bahwa kudusnya umat Tuhan itu diukur dari komitmen dan pengabdiannya kepada ketetapan-ketetapan sebagai standar moral yang ditetapkan langsung oleh Allah sendiri.
Komitmen dan pengabdian kepada firman Tuhan ditandai dengan ketegasan menolak segala sesuatu bentuk dan dampak dari penyembahan berhala. Salah satu yang paling mencolok dari penyembahan berhala adalah pelanggaran yang merusak kekudusan seksualitas sebagai pemberian Allah kepada manusia. Bangsa-bangsa kafir yang hidup secara fasik disekitar umat Israel mempunyai kehidupan seksualitas yang liar dan tak bermoral. Allah secara tegas menjaga kekudusan umat-Nya dengan memberi hukuman berat kepada perusak hidup seksualitas ini. Kudusnya umat Tuhan harus nyata dan jelas melalui ketegasan menolak segala bentuk seks liar dan brutal serta tak bermoral seperti yang dilarang dalam pasal 20. Dalam hal ini kudusnya umat Tuhan harus nyata melalui penghargaan yang baik kepada seksualitas sebagai pemberian Allah yang kudus. Seksualitas tidak untuk dipermainkan, tetapi pemberian Allah yang kudus yang dinikmati suami istri dalam pernikahan. Hanya satu istri untuk satu suami dan sebaliknya. Di luar itu berarti liar, brutal dan tak bermoral. Sebab itu dilarang Allah dan pelanggarannya dikenai hukuman yang berat. Allah memberi norma-norma yang tinggi bagi umat-Nya untuk mengimbangi status kudus yang dikaruniakan Allah.
Sebab itu bila Allah menguduskan umat-Nya, haruslah diresponi melalui perjuangan menguduskan diri dengan menjadikan Firman dan ketetapan Allah sebagai standar moral dalam segala aspek kehidupan, teristimewa dalam mengindahkan hidup pernikahan. Makin dewasa dan dipercayakan pelayanan standar moral pun makin tinggi. (MT)
Kudusnya umat Tuhan harus nyata melalui sikapnya menghargai seksualitas sebagai pemberian Allah.