Rabu 20 Februari 2019
BERDAMPAK BUKAN TERDAMPAK
Lukas 13:18-35; Kejadian 24; Mazmur 17
Ayat Mas / Renungan
Mazmur 17:8 “Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu”
Lukas 13:30 “Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”
Terbukti hamba Abraham yang kemungkinan besar adalah Eliezer yang hampir diangkat menjadi ahli warisnya terdampak dari Abrahammenjadi seorang beriman. Mudah-mudahan saja pembaca setuju dengan saya bahwa sesungguhnya warisan terbesar yang kuterima dari orangtuaku adalah iman yang menyelamatkan dan menjadi pengikut Kristus. Dengan demikian marilah kita belajar untuk memberi dampak yang baik kepada keluarga dan lingkungan kita. Sehingga kita dapat mewariskan iman kita kepada generasi selanjutnya. Hamba Abraham tentu melihat kegiatan dan kesetiaan iman tuannya. sebagai seorang hamba, dia mentaati perintah Abraham dan menuruti seluruh petunjuknya mencarikan istri buat Ishak. Hamba Abraham terkagum-kagum karena semua hal yang ditanyakan Abraham kepadanya tepat dan betul terjadi, hal itu membuatnya sujud menyembah Allah dan berkata “Terpujilah TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari tuanku itu; dan Tuhan telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara tuaku itu” (Kejadian 24:27) Rupanya hamba yang sudah hidup sebagai orang beriman itu mengetahui bahwa Abraham adalah manusia biasa yang terkadang lemah, tetapi Allah tetap mengasihi dan setia kepada Abraham. Hamba yang setia ini tidak menganggap tuntunan Tuhan dalam melakukan tugas dari tuannya sebagai jasa dan prestasinya. Tetapi dengan tegas dia mengatakan kesetiaan Allah kepada Abraham yang menjadi alasan utama terealisasinya harapan Abraham sesuai tuntunan Allah.
Pemazmur pasal 17 menggunakan dua lambang untuk menjelaskan kasih setia Allah kepada umat-Nya :
- Pertama, adalah bahwa Allah mengasihi umat-Nya seperti “biji mata-Nya”. Suatu metafora yang menjelaskan betapa berharganya kita dalam padangan Allah. Hal itu berarti bahwa Allah punya naluri spontan dan kuat untuk menjaga. Menyakiti umat-Nya adalah juga menyakita Allah.
- Ke-dua “naungan sayap”. Allah menaungi umat-Nya pada naungan sayap-Nya. Suatu metafora yang menjelaskan betapa Allah mengenal umat-Nya sebagai manusia terbatas dan lemah yang membutuhkan perlindungan-Nya. Dalam hal ini, jadilah umat Allah yang meresponi kasih setia Allah yang benar. (MT)
Umat Allah terutus ke dunia untuk berdampak baik bukan malah terdampak oleh sistem dunia.