Rabu 19 Desember 2018
NILAI SEBUAH KETULUSAN
“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus” (Matius 1:24-25).
Sebagai pria sejati yang bertanggungjawab Yusuf tidak mau menjadikan kasus Maria menjadi konsumsi umum. Cukup dia, Maria dan Allah saja yang tahu. Dengan ketulusan hatinya dia berencana menceraikan Maria secara diam-diam. Menceraikan secara diam-diam sebenarnya beresiko buruk buat Yusuf, karena saat itu dianggap sebagai tindakan yang melawan hukum. Bila menceraikan istri atau tunangan harus diketahui dan atas pertimbangan masyarakat dan keputusan para pemuka agama. Jadi Yusuf memilih mengambil resiko terburuk daripada mempermalukan Maria. Tetapi malaikat mencegah Yusuf, dan Yusuf tidak perlu ragu menikahi Maria. Yusuf taat dan menikahi Maria tanpa melakukan hubungan suami istri sampai anak yang dikandung Maria dari Roh Kudus lahir. Semua petunjuk malaikat dilakukan Yusuf dengan tepat. Sangat tepat Allah memilih Yusuf menjadi bapa yang mengasuh Yesus.
Allah sangat selektif dalam hal menentukan bapa yang mengasuh dan membesarkan Yesus. Yusuf betul adalah manusia biasa, tetapi dia seorang yang tulus dan berhati mulia. Hal itu penting, sebab walaupun Yesus dikandung Maria dari Roh Kudus, secara resmi Dia dicatat sebagai anak Yusuf yang menurut hukum adalah dari garis keturunan Daud.
Jadi berdasarkan penetapan Yusuf membuktikan kepada orang Yahudi bahwa Yesus memenuhi syarat menjadi Mesias. Natal adalah waktu yang tepat melihat kepada Yusuf untuk menghargai dan meneladani arti pentingnya ketulusan. (MT)