Selasa 10 Juli 2018
PEMIMPIN MEMILIH
Matius 10:1-4; Markus 3:13-19; Lukas 6:12-16
Guru adalah sebutan yang sering ditujukan kepada Yesus. Guru pada zaman Yesus mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari pengertian guru masa kini. Pada zaman Yesus guru bukan hanya pendidik dan pengajar tetapi menjadi pemimpin juga. Guru bukan juga sekedar status tetapi pengakuan public atas kemampuannya untuk mendidik, mengajar dan memimpin. Sebagai pemimpin maka Yesus memilih murid yang secara sengaja dan terencana mempersiapkan mereka sebagai generai yang melanjutkan kepemimpinannya.
Dalam memilih pemimpin masa depan Tuhan Yesus sebagai pemimpin memilih dengan seleksi yang ketat. Dalam hal ini tentu saja menggunakan kemampuannya untuk mengenal seseorang. Dia sebagai pemimpin memilih tentu berdasarkan hati-Nya yang penuh kasih. Tetapi ada hal yang menarik pada pemilihan latar belakang murid-murid Yesus. Para murid dipilih dari daerah Galilea bukan Yudea bukan juga Samaria. Padahal penduduk Yudea biasanya sangat agamis dan penduduk Samaria sangat patriotik. Hanya saja sebagai orang agamis sudah merasa benar dan orang patriotik sudah merasa tegar. Jadi baik Yudea ataupun Samaria sudah tidak mau lagi mengubah hidup dan pola pikirnya. Sedangkan penduduk Galilea yang selalu suka hal yang baru sangat mudah dan bersedia mengubah prinsip dan pola pikir bila ternyata tidak baik dan tidak tepat.
Dalam hal ini pemimpin seperti Yesus memilih pemimpin masa depan bukanlah karena mereka agamis dan patriotik. Tuhan Yesus memilih mereka karena mau berubah melalui proses belajar. Tuhan Yesus memberi kuasa (Matius 10:1), memanggil untuk menyertai Dia untuk diutus (Markus 3:14), dan mengangkat menjadi rasul (Lukas 6:13), untuk pemimpin gereja masa depan dari hamba-hamba-Nya yang mau berubah sesuai firman-Nya melalui proses belajar.