Selasa 27 Februari 2018
SETIA KEPADA KEBENARAN
Amos 1:1-2; 5:14-27
Amos si peternak domba dari Tekoa sebuah desa di Yehuda itu adalah seorang awam tanpa status nabi yang resmi. Tetapi Allah memberi beban kenabian kepadanya untuk bernubuat kepada Israel yang tidak segan-segan memberontak kepada Allah. Dalam namanya memang terkandung arti “pemikul beban”. Ketika Amos bernubuat kepada Israel (kerajaan Utara) bangsa itu sedang maju dan berkembang dan sedang berada di puncak perluasan wilayah. Bangsa ini sudah mempunyai stabilitas politik dan pembangunan nasional. Tetapi jauh dari kebenaran karena secara batiniah mereka betul-betul terpuruk. Masyarakat hidup mewah tetapi kebejatan merajalela dan sistem peradilan rusak. Kenyamanan Semarak tetapi kemunafikan dan penyembahan berhala terjadi secara merata.
Perayaan keagamaan Semarak tetapi penindasan kepada orang miskin menjadi kebiasaan umum. Kemakmuran semakin memperdalam kebobrokan mereka. Dalam kondisi seperti inilah Allah memerintahkan nabi Amos pergi ke Bethel memberitakan amanat “bertobat atau mati”. Tetapi resikonya Amos diusir dan dilarang bernubuat. Amos menyerukan saatnya umat meninggalkan dosa dan setia kepada kebenaran. Amos bukan hanya menyerukan Tetapi dia memberi keteladanan.
Dalam bernubuat Amos sangat marah atas pelanggaran terhadap standar-standar Allah mengenai keadilan dan kebenaran Allah bagi umat-Nya. Amos menyuarakan suatu kebenaran bahwa Allah jijik melihat kegiatan dan ritual agama yang dipisahkan dari perilaku benar dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Amos memang sangat kokoh dan kuat berpegang kepada standar dan kebenaran Allah bagi umat-Nya. Panggilan Allah atas nabi Amos ini sesungguhnya menjelaskan kesediaan Allah memakai orang-orang yang takut kepada Allah. Allah tidak membutuhkan mandat kependetaan yang formal untuk memakai seseorang menjadi alat dalam tangan-Nya.
Para penuai yang tangguh mari kita membenci kejahatan dan mencintai kebaikan sebagai tanda yang pasti bahwa kita sudah mengabdikan diri kepada Allah dan rindu terlibat dalam pelayanan penuaian. Mari kita buktinyatakan kesetiaan kepada kebenaran dalam hidup kerohanian. Allah menginginkan penyembahan dan pujian dari orang yang setia kepada kebenaran. Kemunafikan agamawi adalah kekejian bagi Allah karena akan mendatangkan hukuman bagi yang melakukannya.
Nabi Amos bukan benci orang kaya, tetapi dia sangat mengecam umat yang menjadikan kekayaannya untuk menindas bahkan memeras orang miskin. Alasannya adalah sikap seperti itu sangat mencederai kebenaran. Nabi Amos bukan saja bersemangat menyerukan kebenaran tetapi siap menderita untuk memperjuangkan kebenaran.
- M1 – Menerima : Terimalah Firman dengan sikap cinta dan setia kepada Allah.
- M2 – Merenungkan : Bagaimana sikap nabi Amos terhadap kebenaran?
- M3 – Melakukan : Setialah kepada kebenaran.
- M4 – Membagikan : Saksikan indahnya hidup setia kepada Allah.